ArkeologiIndonesia MENGENAL AKSARA LONTARAQ BUGIS MAKASSAR Naskah-naskah Bugis-Makassar sudah ada sejak abad ke-20. Naskah-naskah tersebut pada mulanya ditulis di atas daun lontar dan kemudian di atas kertas. Daun lontar yang digunakan dijahit sambung-menyambung dan digulung di atas bambu.
Makassar - Aksara Lontara juga dikenal sebagai aksara Bugis yang digunakan oleh dua etnis di Sulawesi Selatan Sulsel, yaitu Suku Bugis dan Suku juga merupakan identitas daerah dan merupakan nilai-nilai leluhur yang sangat berharga dan merupakan satu dari lima aksara dunia, yakni aksara Arab, Latin, Kanji, Kawi Jawa Kuno.Dikutip dari Jurnal Universitas Komputer Indonesia Unikom yang berjudul "Aksara lontara Dalam Kehidupan Masyarakat Suku Bugis", pada abad ke 16 Masehi M hingga awal abad 20 masehi, aksara Lontara dijadikan sebagai tulisan sehari-hari bagi sastrawan Sulsel. Aksara Lontara sangat terkenal di Eropa semenjak sure' I La Galigo dibawa Oleh Mathes dari Sulsel ke Belanda. Aksara Lontara saat ini telah terdaftar di Unicode, dan telah dijadikan buku yang termuat dalam The Unicode Lontara diciptakan oleh Daeng Pamatte yang merupakan seorang syahbandar dan menjabat sebagai Tumailalang Menteri urusan istana luar dan dalam negeri di kerajaan Gowa pada masa pemerintahan Raja Gowa ke IX Daeng Matanre Karaeng Manguntungi 1510 - 1546. Alasan aksara ini dibuat yakni pada saat itu pemerintah Kerajaan Gowa ingin menuliskan apa yang mereka itu agar mereka dapat menuliskan kejadian pada masa itu, sebagai warisan bagi keturunannya sebagai bekal bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Aksara Lontara pada masa ini disebut sebagai aksara Lontara Toa atau Jangang-Jangang burung.Dalam perkembangannya aksara Lontara kemudian mengalami perubahan. Huruf aksara Lontara berubah saat agama Islam masuk sebagai agama resmi di Kerajaan huruf aksara Lontara berubah mengikuti simbol angka dan huruf Arab. Seperti huruf Arab nomor 2 diberi makna huruf "ka", angka Arab nomor 2 dan titik dibawah diberi makna "Ga", angka tujuh dengan titik di atas diberi makna "Nga".Aksara Lontara yang telah mengalami perubahan ini disebut Lontara Bilang-Bilang atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti Lontara Bilang-Bilang ini sendiri diperkirakan muncul pada abad ke-16 yakni pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV Sultan Alauddin 1593-1639.Selanjutnya aksara Lontara mengalami penyederhanaan dengan menggunakan bentuk huruf dari belah demikian disebutkan dalam jurnal tersebut belum diketahui secara jelas siapakah yang menemukan penyederhanaan aksara Lontara ini. Namun, berdasarkan jumlah aksara yang semula 18 huruf dan kini menjadi 19 huruf, dapat dinyatakan bahwa penyederhanaan itu dilakukan setelah masuknya tambahan akibat pengaruh Islam dari bahasa arab tersebut yakni huruf "Ha".Sementara, ada pendapat yang menyebutkan bahwa si pencipta aksara Lontara Daeng Pamatte sendiri yang kemudian menyederhanakan dan melengkapi aksara lontara Usul Penamaan Aksara LontaraMengutip karya ilmiah Guru Besar Filologi Universitas Hasanuddin Unhas, Prof Nurhayati Rahman berjudul "Sejarah dan Dinamika Perkembangan Huruf Lotaraq di Sulawesi Selatan" disebutkan bahwa kata Lontara berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata, yaitu raung yang berarti daun, dan taq yang berarti lontar. Jadi raung taq berarti daun demikian, karena pada awalnya tulisan tersebut dituliskan di atas daun lontar. Daun lontar ini bentuknya berukuran kira-kira 1 cm lebarnya, sedangkan panjangnya bergantung dari panjang cerita yang dituliskan di tiap-tiap daun lontar disambung dengan memakai benang, lalu digulung pada jepitan sebuah kayu, yang bentuknya mirip pita Aksara LontaraMelansir aksara Lontara tak memiliki tanda baca virama pemati vokal sehingga aksara konsonan mati tidak dituliskan. Hal ini dapat menimbulkan kerancuan bagi orang yang tak terbiasa dan tidak mengerti akan kata yang pada kata "Mandar" hanya ditulis mdr, dan tulisan sr dapat dibaca sebagai "sarang", sara', atau "sara" tergantung pada konteks tulisan aksara lontara adalah kiri ke kanan yang ditulis tanpa spasi dengan tanda baca yang Lontara adalah tulisan abugida yang terdiri dari 23 aksara dasar, yaitu KA-GA-NGA-NGKA-PA-BA-MA-MPA-TA-DA-NA-NRA-CA-JA-NYA-NCA-YA-RA-LA-WA-SA-A-HA. Dan memiliki 6 huruf vokal seperti /ɔ/, /i/, /u/, /e/, /ə/, dan /o/ serta memiliki sistem penulisan Lontara Balai Bahasa KemdikbudMengutip dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam artikel berjudul "Aksara Lontara' dan Rahasia Sukses Replikasi PLPBK Kabupaten Gowa", dijelaskan bahwa huruf Lontara memiliki bentuk yang unik. Berikut penjelasannya1. Huruf Lontara Tidak Mengenal Garis Lengkung atau BengkokHuruf pada aksara Lontara tidak mengenal garis melengkung atau garis bengkok. Hanya ada garis lurus ke atas dan garis lurus ke bawah. Kemudian pada pertemuan kedua garis lurus tersebut terdapat Ditulis dengan Variable Tegak LurusSementara dari segi teknis penulisan, huruf pada aksara Lontara memiliki variasi tebal halus. Yakni ke atas harus tebal dan ke bawah harus Lontara Tidak Mengenal Huruf MatiAlasan tidak mengenal huruf mati karena orang-orang terdahulu percaya segala ilmu yang dipelajari adalah berkah dan tidak akan pernah Membaca Aksara LontaraTidak banyak yang memahami huruf aksara Lontara termasuk cara membacanya. Terdapat lima diakritik dalam aksara Lontara, berikut adalah cara membaca aksara Lontara Jika tanda titik berada di sebelah kiri atas huruf, maka dilafalkan dengan huruf vokal iJika tanda titik berada di sebelah kanan bawah, maka dilafalkan dengan huruf vokal uJika tanda yang menyerupai huruf L terbalik dan condong ke dalam, maka dilafalkan dengan huruf vokal e contohnya sepatu, tanda yang menyerupai huruf L dan condong keluar, maka dilafalkan dengan huruf vokal oJika tanda yang menyerupai huruf L dan berada pada sebelah kiri atas, maka dilafalkan dengan huruf vocal e pepet contohnya ember, enak Simak Video "Hafal 5 Juz Al-Quran, Siswa Bisa Bebas Pilih Sekolah Favorit!" [GambasVideo 20detik] alk/alk
Lontaraqsebagai tulisan Kata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Kenapa disebuat sebagai lontaraq ? karena pada awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Daun lontar ini kira-kira memiliki lebar 1 cm sedangkan panjangnya tergantung dari cerita yang dituliskan.
Penggunaan sumber dalam belajar sejarah menjadi sangat penting karena sejarah merekonstruksi peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa masa lampau menjadi suatu kisah diperlukan adanya sumber sejarah, bukti, serta fakta-fakta sejarah. Informasi yang diperoleh dari data atau sumber sejarah adalah keterangan sekitar apa yang terjadi, siapa pelakunya, di mana peristiwa itu terjadi dan kapan peristiwa itu sumber sejarah dapat diperoleh informasi yang menjelaskan tentang terjadinya suatu peristiwa tertentu. Seluruh keterangan inilah yang dijadikan dasar untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu menjadi sebuah karya sejarah. Oleh karena itu karya sejarah merupakan sebuah karya nonfiksi, tanpa adanya sumber maka tidak ada sejarah, sebuah kisah yang ditulis tanpa fakta sejarah atau sumber yang jelas maka itu disebut karya sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah, baik itu berupa sumber lisan, berupa benda atau artefak peninggalannya, serta sumber tertulis yang biasa kita kenal sebagai kronik atau juga Seperti Inilah Metode dalam Penelitian dan Penulisan SejarahManuskrip adalah sebuah tulisan tangan yang telah ditulis oleh orang terdahulu yang masih ada sampai saat ini. Di Indonesia ada banyak sekali manuskrip-manuskrip kuno yang dijadikan sumber dalam penulisan sejarah. Terkhusus di Sulawesi Selatan, manuskrip kuno itu banyak ditemukan dan dipergunakan sebagai sumber sejarah primer, manuskrip itu disebut dengan nama Lontara’.Dalam tulisan Prof. Mr. DR. Andi Zainal Abidin yang berjudul “Notes on the Lontara’ as Historical Sources,” dimuat dalam majalah Indonesia, No. 12 Oktober, 1971, Cornell Modern Indonesia Project, Ithaca, New York, dijelaskan macam-macam Lontara’ yang di kenal khususnya masyarakat Bugis-Makassar serta Mandar yang mengandung berbagai bidang ilmu pengetahuan kuno seperti sejarah termasuk sejarah hukum adat, filsafat dan pandangan hidup, pertanian, kebudayaan, obat-obatan, hukum adat termasuk peradilan, dan lontara’ karena manuskrip ini ditulis menggunakan aksara Lontara’, dinamakan aksara lontara’ karena dahulu sebelum adanya kertas hanya dituliskan di atas daun Lontar dalam bahasa Bugis disebut lontara’, sejenis palem.Lontara’. Foto lontara’ kadang juga disebut dengan istilah sure’ atau dalam bahasa Indonesia disebut surat, suatu istilah yang lebih tua dari pada lontara’. Pada umumnya semua lontara’ atau sure’ tidak mencantumkan nama penulisnya. Tidak juga dijelaskan apa maksud penulisan tersebut yang lazim terdapat pada kalimat-kalimat pertama lontara’-lontara’ lain di Sulawesi juga 8 Kitab Kuno di Nusantara yang Sering Dijadikan Sumber Penulisan SejarahTidak dicantumkannya nama penyusun atau penulisnya karena kemungkinan penulis tidak mau mencari popularitas. Penulis atau penyusun lontara’ hanya sering diketahui berdasarkan keterangan ahli lontara’. Namun sayangnya ada kelemahan dalam penggunaan lontara’ ini sebaga sumber sejarah dikarenakan tidak adanya penulisan angka tanggal/tahun yang tertera pada kronik lontara’, baik itu tanggal penulisan maupun tanggal peristiwa yang dituliskan di dalamnya. Adapun beberapa jenis-jenis lontara’ yang dipergunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan sebagai berikut1. Lontara’ Attoriolong Bugis, Pattoriolong Makassar. Merupakan kronik orang dahulu yang mengandung fakta sejarah atau catatan mengenai suatu peristiwa penting di masa lalu. Hampir setiap kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan memiliki Lontara’ Attoriolong masing-masing, keberadaan Lontara’ Attoriolong di era sekarang sangat membantu para peneliti sejarah untuk menuliskan sejarah di Sulawesi Lontara’ Bilang Lontara ini menjelaskan tentang nama-nama hari dan hari-hari yang dianggap baik menurut kepercayaan kuno masyarakat Sulawesi Lontara’ Ade’ Lontara’ ini merupakan kronik adat kebiasaan, contoh lontara jenis ini di daerah yang berbahasa Bugis disebut lontara’ Latoa, sementara di daerah yang berbahasa Makassar disebut Lontara’ Ulu Ada Bugis, Ulu Kanaya Makassar Lontara’ ini merupakan rumus perjanjian antara kerajaan di Sulawesi Selatan maupun perjanjian dengan negara Lontara’ Allopi-loping Lontara’ ini berisi himpunan hukum adat pelayaran, salah satu yang cukup populer yaitu lontara’ Allopi-loping yang ditulis oleh Lontara’ Pangnguriseng Lontara ini berisi tentang silsilah raja-raja atau para bangsawan di Sulawesi Lontara’ Kotika Berbeda dengan lontara’ Bilang yang menjelaskan tentang nama-nama hari dan hari-hari yang dianggap baik, lontara’ Kotika ini hanya menjelaskan waktu-waktu baik dan buruk dalam sehari selama satu pekan.
\n \n\n\n \ncerita rakyat bugis tulisan lontara
Dalamteks sumber saya mengambil cerita ini, yang berbahasa Indonesia dan berbahasa bugis dalam huruf latin, ada berbagai ketidaksesuaian antara terjemahan dan cerita dalam latin bugisnya, sehingga saya menyesuaikan keduanya dan menerjemahkannya kembali secara literal, mendekati arti yang sebenarnya dari kata-kata dalam bahasa bugis. Dalam tulisan ini, saya mereverse-translate ke aksara bugis/lontara dengan pengetahuan yang seadanya sehingga mungkin ada beberapa kesalahan yang sekiranya

SULSEL, - Abjad Lontara merupakan huruf khusus sebagai sarana mengekspresikan bahasa Bugid dan Makassar dalam bentuk tulisan. Huruf nusantara asal Sulawesi Selatan ini merupakan yang pertama didaftarkan ke Unicode untuk didigitalisasi sejak tahun 1990-an. Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara berupaya melestarikan huruf tradisonal ini dengan meneken kerja sama dengan Pengelola Nama Domain Internet sama tersebut merupakan kelanjutan dari program bertajuk Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara. Dalam kerja sama tersebut, akan dilakukan lomba pembuatan website dengan huruf Lontara pada Desember 2020. "Kegiatan ini diharapkan bisa memperkenalkan kembali dan melestarikan bagian dari budaya asli Indonesia," ujar Ketua Pandi Yudho Giri Sucahyo melalui rilis ke Minggu 8/11/2020. Baca juga Pernikahan ala Adat Bugis Makassar, Cinta Kandas gara-gara Uang Panaik Tinggi 1Nurhayati Rahman, Guru Besar FIB Universitas Hasanudin Makassar menambahkan, digitalisasi abjad Lontara merupakan satu hal yang dicita-citakannya sejak dulu, dan berharap huruf itu bisa tetap lestari. "Huruf Lontara nantinya bisa diketik dan dilihat langsung di perangkat elektronik. Dalam perkembangannya, harus tetap menggunakan huruf aslinya, karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati. "Kerja sama ini bisa menjadi pertahanan diri sebagai anak bangsa, untuk menghadapi gempuran budaya dari luar," lanjut Andi Sitti Aisyah, Ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara. Sementara Andi Alfian Mallarangeng, Wakil Dewan Pembina Yayasan menambahkan, Lontara adalah huruf nusantara pertama yang terdaftar di Unicode. Hanya saja belum diresmikan penggunaannya secara luas hingga saat ini. Baca juga Pernikahan ala Adat Bugis Makassar, Jumlah Uang Panaik Ditentukan Status Sosial Wanita2 Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Silsilakerajan Bugis di sulawesi. Mengikut sejarah dan peradaban awal mula To Manurung, di situlah bermulanya kerajaan bugis di sulawesi selatan atau di panggil celebes, Indonesia, seperti : 1.Tamboro Langi di Gunung Latimojong ( namun sejarah yg bertulis tidak di temukan di mana-mana lontara, melainkan peninggalan-peninggalan dan cerita Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menurut Wikipedia Lontara ialah aksara asli masyarakat bugis-makassar. Jadi bukan asimilasiapalagi pengaruh budaya lain, termasuk india. bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada alm berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala = pemisah/pagar/penjaga dan suji = putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa empat sisi adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan dialek tersendiri dikenal dengan "Bahasa Ugi" dan mempunyai tulisan huruf bugis yang dipanggil "Aksara Lontara Bugis". Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya pengaruh Hindu di bugis berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan tersendiri. Font Aksara Lontara Bugis dapat di download DISINI Perbedaan utama Antara "Aksara Lontara Bugis" dengan Akasara Nusantara lainnya yaitu walaupun pada Aksara Lontara Bugis ada beberapa hurup yang namanya sama dengan aksara nusantara lainnya, tetapi bukan hasil asimilasi dari budaya lain seperti India dan Arab dan yang kedua Aksara Lontara Bugis tidak mengenal hurup atau lambang untuk mematikan hurup misalnya "ka" menjadi "k". sehingga cukup membingungkan bagaimana menuliskan huruf mati. Oleh karena itu untuk menambah wawasan kamiyang bukan orang Bugis dan ingin mengetahui kebudayaan Bugis terutama dari Tulisannya, saya minta dengan sangat untuk menjelaskan bagaimana mematikan ruruf Bentuk dan cara pengetikan Aksara Lontara Bugis seperti tabel berikut Contoh pemakaian dengan mengabaikan hurup mati menunggu koreksi dari yang mengerti tentang Aksara Lontara Bugis, dan contoh ini akan segera diedit setelah ada koreksi dari yang lebih mengetahuinya Saat ini akhir tahun 2009 di alam Kompasiana pernah berdiri kerajaan yang bernama negeri ngocoleria. Negeri ngocoleria ini dipimpin oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana bernama Baginda ANDY SYOEKRY AMAL dengan permaisuri yang bernama Nyi Mas Ratu Kencana Inge. Baginda Raja memiliki dua orang selir yaitu Nyi Mas Rina Sulistiyoningsih dan Nyi Mas Siska Nanda. Kedua selir ini diincar oleh Menteri pertahanan ngocol yang bernama Adipati Aria Ibeng Suribeng. Untuk menjaga stabilitas negara dan stabilitas rumah tangga, sengaja Baginda Raja menikahkan putri satu-satunya yang bernama Nyi Mas kencana Wulung Nopey kepada Menteri Pertahanan Ngocol Adipati Aria Ibeng Suribeng. Semoga prasasti ini menjadi bahan pelajaran pada anak cucu jangan terlalu percaya pada menterinya cara penulisan sat aini ahir thun 2009 di alm kompsian eprnh ebrdiri kaerjan yG baernm naegaeri Gocoelria. naegaeri Gocoelria aini dipimpin aoelh saeaorG rj yG adil dn bijaksn baernm bgind andi sukri aml daeGn paermaesuri yG naenm Ni ms rtu kaeCn aiGae. bgind rj maemiliki dua aorG saelir yaitu Ni ms rin sulistiyonGsih dn Ni ms sisk nnd. kaedua saelira aini diaincr aoelh maentri paerthnn Gocol yG baenm adipti aria aiebG suriebG. auntuk maenjg stbilits naegr dn stbilits rumh tGg, saeGj bgind rj maenikhkn putri stu-stuN yG baernm Ni ms kaencn wuluG noepy kaepd maentaeri paerthnn gocol adipti aria aiebG suriebG. saemog prssti aini maenjdi bhn paeljrn pd ank cucu jGn tarllu paercy pd maentaeriN Hasilnya Tulisan Terkait Aksara Ngalagena Aksara Hanacaraka Aksara Bali Aksara Kagana Aksara Rencong Aksara Batak Lihat Pendidikan Selengkapnya AksaraLontara, juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Bugis dan Makassar, tetapi dalam pekembangannya juga digunakan di wilayah lain yang mendapat pengaruh Bugis

Aksara Lontara Suku Bugis - Tulisan Dan Huruf Bugis. Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan needs manusia untuk mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia adalah TULISAN. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka. Menurut Coulmas, pada awalnya tulisan diciptakan untuk mencatatkan firman-firman tuhan, karena itu tulisan disakralkan dan dirahasiakan. Namun dalam perjalanan waktu dengan berbagai kompleksitas kehidupan yang dihadapi oleh manusia, maka pemikiran manusia pun mengalami perkembangan demikian pula dengan tulisan yang dijadikan salah Satu jalan keluar untuk memecahkan problem manusia secara umumnya. Seperti yang dikatakan oleh Coulmas “a king of social problem solving, and any writing system as the comman solution of a number of related problem” 198915 Alat Untuk Pengingat Memperluas jarak komunikasi Sarana Untuk memindahkan Pesan Untuk Masa Yang akan datang Sebagai Sistem Sosial Kontrol Sebagai Media Interaksi Sebagai Fungsi estetik Begitu pula yang terjadi pada kebudayaan di Indonesia. Ada beberapa suku bangsa yang memiliki huruf antara lain. Budaya Jawa, Budaya Sunda, Budaya Bali, Budaya Batak, Budaya Rejang, Budaya Melayu, Budaya Bugis Dan Budaya Makassar. Disulawesi selatan ada tiga betuk macam huruf yang pernah dipakai secara bersamaan. Huruf Lontaraq Huruf Jangang-Jangang Huruf Serang Sementara bila ditempatkan dalam kebudayaan bugis, Lontaraq mempunyai dua pengertian yang terkandung didalamnya Lontaraq sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan Lontaraq sebagai tulisan Kata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Kenapa disebuat sebagai lontaraq ? karena pada awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Daun lontar ini kira-kira memiliki lebar 1 cm sedangkan panjangnya tergantung dari cerita yang dituliskan. Tiap-tiap daun lontar disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Aksara lontara biasa juga disebut dengan aksara sulapaq eppaq. Karakter huruf bugis ini diambil dari Aksara Pallawa Rekonstruksi aksara dunia yang dibuat oleh Kridalaksana Memang terdapat bebrapa varian bantuk huruf bugis di sulawesi selatan, tetapi itu tidaklah berarti bahwa esensi dasar dari huruf bugis ini hilang, dan itu biasa dalam setiap aksara didunia ini. Hanya ada perubahan dan penambahan sedikit yang sama sekali tidak menyimpang dari bentuk dasar dari aksara tersebut. Varian itu disebabkan antara lain Penyesuaian antara bahasa dan bunyian yang diwakilinya. Penyesuaian antara bentuk huruf dan sarana yang digunakan Demikianlah tentang Aksara Lontara Suku Bugis - Tulisan Dan Huruf Bugis sumber artikel portalbugis wordpress com

Samannarita tennang pikkiriki, tenna nawa-nawai adaE massu pole ri timunna. Di sebuah negeri ada seorang anak laki-laki yang bernama La Tarenrek yang begitu pandai berbicara. Jika ada orang yang berbicara dengannya tentang suatu masalah, niscaya dijawabnya. Seolah-olah, kata-katanya keluar dari mulutnya tanpa berfikir ataupun cemas.
Sulapaeppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan dialek tersendiri dikenal dengan "Bahasa Ugi" dan mempunyai tulisan huruf bugis yang dipanggil "Aksara Lontara Bugis". Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.Aksara bugis berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan tersendiri.

Sehinggamasyarakat Bugis-Makssar khususnya, memiliki beragam jeni tari-tarian seperti misalnya tari gandrang bulo, tari pakarena, tari ma'badong, tari pa'gellu, tari kipas dan tari paduppa. Jenis tarian yang di sebut terakhir merupakan tarian asli Bugis-Makassar yang di selenggarakan untuk menyambut seorang, baik dalam pesta adat ataupun acara

KATAPENGANTAR Hingga saat ini penelitian Sastra Usan Bugis (SLB) bclum pernah di· lakukan dalam arti yang sebenarnya schingga hasil yang ada belum mem· berikan gambaran ten tang corak dan ragam yang sesungguhnyao Menurut ke· terangan yang sering didengar, j~mlah ragam sastra ini cukup ban yak, hanya dikhawatirkan sebahagian daripadanya sudah hilang dibawa arus peredaran zamano ltulah sebabnya penelitian seperti yang dilakukan ini telah lama di· harapkan , bahkan in gin dilaksanakan oleh

Selasa 02 November 2010. Cerita Rakyat. Asal Muasal Putri Duyung dan Lumba-lumba. Versi Makassar. Pada Zaman dahulu kalah di tepi pantai Tope Jawa, tinggal sebuah keluarga miskin yang hidup serba kekurangan, mereka adalah Tutu dan Bauq serta Putrinya yang bernama Rannu. Ketika itu Taba pergi mencari ikan di laut dengan menggunakan jala, untuk

\n \n \n\n cerita rakyat bugis tulisan lontara
SULSEL Abjad Lontara merupakan huruf khusus sebagai sarana mengekspresikan bahasa Bugid dan Makassar dalam bentuk tulisan.. Huruf nusantara asal Sulawesi Selatan ini merupakan yang pertama didaftarkan ke Unicode untuk didigitalisasi sejak tahun 1990-an. Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara berupaya melestarikan huruf tradisonal ini dengan meneken kerja sama dengan Pengelola Nama
SureqGaligo yang usianya sudah berabad-abad itu di masa lalu adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan rakyat Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis. Namun, fakta di lapangan, karya sastra ini sudah mulai dilupakan. Maka, selama Festival La Galigo itu, Desa Pancana sejenak berubah wajah.
Sebuahepos mengenai mitologi Bugis yang ditulis di atas daun lontar pada abad ke 15. Karya sastra ini terpanjang di dunia. La Galigo merupakan cerita perjodohan anak-anak La Sattumpungi dan Batara Lattu yang masih bersaudara. Hasil perjodohan tersebut membuahkan keturunan yang salah satunya bernama La Galigo. Aksara Lontara atau dikenal juga sebagai Lontaraq merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Bugis.
Sebuahnaskah berupa kronik yang dibuat oleh orang Makassar atau orang Bugis disebut lontara. Lontara adalah catatan rinci tentang wilayah kerajaan, catatan harian, keluarga bangsawan, dan lain sebagainya. Adanya informasi ini disimpan dalam istana atau rumah bangsawan. Bugis berasal dari kata to ugi artinya orang Bugis.
Menurutcerita di dalam naskah Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14 M. Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan Namunsebagian besar masyarakat bugis yang masih menganut agama lokal yaitu kepercayaan Tolotang menganggap bahwa I La Galigo ini sebagai kitab suci. Karya satra ini memiliki sekitar 6.000 halaman dan 300 ribu baris teks dengan menggunakan penulisan aksara Lontara yaitu aksara asli Bugis, penyusunan puisi didalamnya dianggap sangat indah dan Penggunaanaksara Lontara yang paling fenomenal ada pada karya Sureg Galigo, sebuah karya epos terpanjang di dunia. Aksara Lontara terdiri atas 23 huruf konsonan dan 6 huruf vokal mandiri. Aksara ini sebenarnya memiliki sistem penulisan angka, tapi masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya karena informasi dan data yang tersedia sangat minim. Sedangkanuntuk berkomunikasi secara tertulis Suku Bugis menggunakan aksara bernama Lontara. Menurut penjelasan di Jurnal Al - Ulum Volume 12, No. 1, Tahun 2012, aksara ini merupakan manuskrip yang ditulis dengan alat tajam di atas daun lontar. Kemudian ditambah cairan hitam pada bekas goresannya. Baca Juga

Aneenggak sekolah di daerah jadi gak kenal bahasa daerah :sedih

rPmtTif.